Saturday, August 13, 2011

Kebanggaan yang terusik

Setelah suksesi kepemimpinan pada kongres yang diadakan di kota Solo yang telah berhasil memilih ketua umum PSSI masa jabatan 5 tahun ke depan, maka babak persepakbolaan di Indonesia kembali menggeliat. Cuci gudang pada kepengurusan PSSI pun segera dilakukan. Orang-orang yang dianggap termasuk dalam golongan status quo pada periode sebelumnya dibersihkan dengan diganti muka-muka baru dengan label perubahan. Tak terkecuali tentang keputusan kepengurusan terbaru mengenai format kompetisi tahun depan yang rencananya akan memasukkan klub LPI kedalamnya. Gayung pun bersambut, banyak pihak yang menyatakan ketidak setujuannya dengan keputusan tersebut. Mereka merasa tidak ada aspek fairness pada keputusan tersebut, mengingat klub-klub LPI yang masih seumur jagung tiba-tiba mampu menembus kasta tertinggi di liga Indonesia.

Format kompetisi baru PSSI yang baru rencananya akan dibagi menjadi Pro 1 yang sekelas dengan Liga Super dan Pro 2 yang sekelas Divisi Utama pada musim lalu. Ada 5 aspek yang harus disiapkan peserta jika ingin mengikuti kompetisi musim depan yaitu aspek profesional, legal, infrastuktur, supporting, dan finansial.  Tetapi hal yang paling memberatkan klub calon peserta adalah aspek finansial, dimana klub harus menyiapkan dana yang tidak sedikit dengan waktu yang terbatas sebelum tenggat waktu verifikasi ditutup itupun pada musim mendatang klub sudah tidak diperbolahkan menggunakan dana dari APBD. PSSI sebagai pucuk pimpinan tertinggi pun hanya memberi keputusan tanpa mampu mencari jalan keluar berarti bagi klub-klub yang notabene ber-plat merah. PSSI hanya menyarankan agar klub-klub LSI dan divisi utama untuk bisa melebur dengan klub dari LPI yang secara finansial mereka kuat, walau masih ada pertanyaan dari mana sebetulnya dana yang dimiliki oleh klub-klub LPI itu sendiri.


Imbas yang ada pada format dan regulasi pada kompetisi musim depan tentu saja berdampak pada semua klub di Indonesia, tak terkecuali PSS Sleman yang bermarkas di Sleman, Yogyakarta. belakangan hangat diperbincangkan bahwa kemungkinan besar PSS akan melakukan merger dengan klub LPI yaitu Real Mataram. Walaupun pada sarasehan yang dilakukan oleh slemania sebagai suporter dari PSS yang menyatakan kesediaanya pada ide merger tersebut demi kelangsungan hidup klub dan demi bermain di kasta Pro 1, namun ternyata hal ini belum mampu menampung semua aspirasi dari seluruh suporter slemania sendiri. Banyak pihak yang merasa tidak setuju dengan upaya merger yang dilakukan oleh pihak manajemen. Mereka menilai bahwa PSS masih layak dan mampu untuk berdiri sendiri tanpa harus melakukan merger. Hal yang memang sangat wajar mengingat dari sisi sejarah dan basis massa suporter dari PSS yang terkenal solid. Apalagi muncul berita yang menyebutkan bahwa akan ada perubahan nama jika nantinya merger dilakukan. Nama PSS Sleman akan berubah menjadi PSS Real Sleman(Is there no others funny name to be used?) Hal yang berbeda dilakukan oleh klub tetangga yaitu PSIM dan Persiba Bantul. PSIM sudah bertekad untuk tetap melakukan segala macam upaya agar tetap bertahan dan mampu eksis di kompetisi musim depan tanpa harus melakukan merger dan hal yang sama pula dilakukan oleh Persiba Bantul yang musim depan mengejar kasta tertinggi setelah musim lalu tampil sebagai juara DU.

Kebutuhan akan dana memang menjadi suatu masalah yang klasik di liga Indonesia. Klub-klub yang sebelumnya menyusu pada APBD menjadi kelimpungan dengan peraturan yang dibuat. PSS yang selama ini masih mendapat kucuran dana APBD termasuk didalamnya. Keputusan yang dibuat oleh manajemen untuk melakukan merger sebenarnya bukan lah sesuatu yang buruk tentunya jika melirik klub-klub besar di Eropa yang dulunya juga melakukan merger. Sebagai contoh AS Roma yang dulu merupakan peleburan 3klub sekota kecuali Lazio yang menolak dan berbuntut rivalitas sampai saat ini. Hal-hal yang berkenaan dengan merger haruslah mampu memberi win-win solution bagi kedua belah pihak. Jangan sampai hanya karena demi mempertahan kan gengsi untuk bisa berlaga di liga Pro1 harus serta merta menyingkirkan segalanya. Setidaknya saya masih yakin kalau manajemen dan seluruh stakeholder yang ada di PSS mampu bekerja lebih ekstra maka tentu akan bisa mewujudkan tim PSS yang lebih solid. Tidak perduli ketika PSS harus main di liga terendah sekalipun, karena saya yakin slemania tetap akan ada dibelakang nama besar PSS. Loyalitas kami tidak akan pernah luntur dan mungkin hanya maut yang mampu memisahkan! Pernah ada seorang teman berkata kepada saya: "Kamu itu gila ya, klub semacam PSS saja yang tidak pernah juara saja didukung. Mending dukung tim luar yang lebih enak ditonton" Saya jawab demikian: "Ya.. saya memang gila, lalu kenapa? Saya sudah cinta dengan klub ini melebihi kecintaanmu terhadap tim dari negeri antah berantah di belahan dunia lain yang kau sendiri pun tidak tahu persisnya dimana. Lalu kenapa?"


No comments: