Monday, April 22, 2013

Perpisahan

Apakah yang namanya perpisahan itu harus dibarengi dengan duka?
Tidak sudikah bahagia untuk sekedar membagi waktu bersama saling menemani sebuah perpisahan dengan tanpa adanya duka bersama mereka. Cukup hanya sebuah kebahagiaan dan sebuah perpisahan yang sederhana, tidak lebih.
Ataukah memang setiap hal yang berlawan akan selalu bermusuhan sampai esok kapan kelak?
Tak akan pernah ada solusi diantara keduanya karena memang nyatanya sudah ditakdirkan untuk berlawanan.
Apakah dengah angkuhnya kebahagiaan melupakan masa dimana dia pernah singgah dan bermain-main dulunya lalu acuh dengan perpisahan?

Karena sungguh dengan meninggalkanmu, ada luka baru yang jelas akan membekas.
Menjadi bagian yang tak terhilangkan.
Penanda bahwa dulu ada duka yang pernah singgah didalamnya.

Untuk kali ini, tidak ada terselip ucapan selamat tinggal. Karena berharap hari esok, semesta akan mempertemukan kita lagi dengan caranya sendiri sama seperti pertama kali kita bertemu.

Saturday, April 20, 2013

Masihkah Mau Menunggguku?


image source: dharbin

Apalagi hal yang paling tidak disukai selain menunggu. Tapi celakanya justru itulah yang kita temui setiap saat dan dimanapun kita berada. Berapa banyak waktu hidup kita terbuang dengan yang namanya menunggu. Suka tidak suka menunggu menjadi bagian tak terelakkan dari hidup kita tapi toh nyatanya hal tersebut belum benar-benar bisa menyakinkan alam bawah sadar kita untuk bisa benar-benar menerimanya. Berbeda dengan segala kebiasaan yang lainnya, yang ketika itu terjadi berulang-ulang dan dilakukan secara masif maka secara tidak sadar alam bawah sadar kita akan menerima itu dengan hati yang lapang dan membuatnya seolah-olah tidak ada masalah dengannya. Tapi lagi-lagi itu tidak terjadi dengan yang namanya menunggu. Dia seolah-olah menjadi sesuatu yang pantas dimasukkan kedalam hal-hal haram yang menjauhkan diri kita dari surga.

Dilematis ketika menunggu menjadi pisau bermata dua. Disatu sisi kita membencinya habis-habisan tapi nyatanya kita sendiri juga suka bermain-main dengannya. Berapa banya kita mengumpat akan orang-orang yang berhasil membuang waktu kita secara percuma tapi dilain waktu kita juga berhasil melakukannya pada orang lain. 

Ada banyak ketidakpastian dalam hidup ini, terkecuali menunggu. Karena toh menunggu adalah sebuah keniscayaan yang sudah kita alami sedari sebelum dibentuk didunia sampai nantinya akan di alam akhirat kelak. Bagaimana kontrasnya kita dengan suka citanya menunggu untuk dilahirkan tapi disatu sisi dengan muram durjananya kita membenci untuk masuk dalam antrian menunggu ajal kita masing-masing. Ketika mengumpat sebanyak apapun tidak mampu mengubah apa-apa dari proses menunggu maka mungkin bersabar dan bertoleransi kepadanya menjadi hal terakhir yang harus dilakukan. Menunggu itu adalah sia-sia, ya mungkin itu menurutmu, tapi nyatanya tengoklah Tuhan mu yang tak pernah berhenti untuk menunggumu kembali kejalan yang benar dan selalu merindukanmu untuk kembali kepada Nya dalam keadaan yang bersih.

Jadi, masihkah mau menungguku?

Monday, April 1, 2013

I'm A Sinner, I Like It That Way

 "Counting others people's sins doesn't make you a saint" -unknown

Selama masih menjadi apa yang disebut dengan manusia, tentu tidak akan terlepas dari apa pun itu yang namanya dosa. Semakin bangga dengan mengatakan bahwa dirinya suci justru membuatnya terlihat menyedihkan. Bagaimana tidak, dengan bangganya dia menyebut dirinya lebih baik daripada orang lain. Menurut dirinya sendiri mungkin, tapi aspek orang lain justru ia singgirkan dan hanya digunakan sebagai pembanding kecil.

Saya hidup penuh dosa dan saya menyadarinya. Berapa banyak umpatan, sumpah serapah, ghibah yang tak terhitung lagi jumlahnya, dan air ludah yang saya telan sendiri dan lain sebagainya yang keluar dari mulut ini. Tak terhitung banyaknya pandangan ini melihat sesuatu yang bukan seharusnya untuk dilihat. Ada berapa kilogram bagian dari tubuh saya ini yang mungkin hasil dari perbuatan saya mengambil hak dari orang lain. Dan akan masi banyak banyak lainnya. Saya jelas paham dengan apa yang lakukan itu termasuk hal-hal yang sangat tak layak untuk menjadikan diri saya ini sebagai penghuni surga kelak yang seperti orang-orang idamkan namun terlihat jauh panggang dari api. Dan bahkan yang sedang saya tulis ini pun bisa jadi sedang dihitung oleh malaikat untuk menjadi dosa tambahan bagi diri saya sendiri. Tidak ada yang tahu persis definisi dosa. Yang diketahui hanyalah yang tertulis dan yang dirasa. Sedang rasa itu sungguh sesuatu yang kadarnya saja sukar untuk dihitung.

Saya bersalah dan saya meminta maaf. Perkara saya hanya sampai disitu. Karena bagi saya, ketika seseorang berbuat salah kepada saya jelas saya akan memaafkan nya terlepas nanti saya berniat akan balas dendam kepadanya itu urusan dosa saya yang lain. Ya, forgiven but not forgotten! Mind that...