Friday, November 29, 2013

Ketika Memilih Menjadi Sebuah Syarat Untuk Hidup

Katanya hidup itu hanya sebatas pilihan.
Yang tiap pilihannya menuntun ke pilihan lainnya.
Namun Siapa bilang memilih itu mudah.
Ketika yang dipilih justru membuat kelanjutan hidup semakin payah.

Menjadi menyebalkan ketika jalan hidup hanya ditentukan dari sebuah pilihan.
Kemudian betapa mirisnya saya yang hanya utk lolos tes psikotes saja saya terus saja berkeluh kesah.
Bagaimana mungkin memilih hanya untuk sebatas mampu melanjutkan hidup.
Dari dulu selalu mencoba memilih membuat orang lain disekitar bahagia.
Namun ketika satu persatu dari mereka pergi membawa kebahagiaan yang mereka dapati.
Sendiri kemudian menyadari betapa menyedihkannya diri ini sendiri hingga lupa bagaimana cara untuk membahagiakannya kembali.
Menjadi pamrih kah kemudian yang jadi pertanyaan?
Untuk saat ini siapa yang perduli dengan kata itu dihati.




Friday, June 28, 2013

Banal

Menjadi banal akan segala sesuatu, terutama ketika menyangkut dirimu didalamnya. Menyangka semuanya benar. Mengesampingkan segala macam logika berpikir dan intuisi. Imaginasi dan ekspektasi tinggi terus saja diputar berkali-kali dalam kepala. Mendayu-dayu di telinga. Membuyarkan apa yang disebut dengan fakta.
Kamu semu, tapi justru kesemuanmya itu yang menjadi candu. Yang membuatku lama tak tersadar dan tak terasa semakin jatuh ke dasar. Terbenam dan makin tak terlihat. Mati kemudian.

Thursday, June 20, 2013

Sederhana

Tak ada yang sebenarnya lebih indah daripada sebuah kesederhanaan.
Bahwa kebahagiaan itu sederhana, tapi untuk mencapai sebuah keserhanaan itu sendiri sebenarnya tidak sesederhana yang diharapkan.
Ada sebuah kompleksitas yang luar biasa dibaliknya. Menyatukan segala fragmen kebahagian yang sangat besar untuk dikerucutkan menjadi sebuah hal kecil yang sering kali terlupakan dalam pikiran kita.
Berpikir jauh kedepan hanya untuk menemukan sebuah kesederhanaan padahal justru didepan mata sendiri hal itu bisa ditemukan. 

Teringat, Suatu sore itu kita bertemu dalam sebuah percakapan sederhana.
Saling bersapa secara sederhana yang diselingi dengan beberapa tawa kecil didalamnya.
Berjalan beriringan dengan langkah sederhana. Tiap satu langkah kaki diikuti oleh langkah kaki berikutnya. Aku didepan dan kau tepat dibelakang. Namun kadang saling mensejajarkan diri.
Sederhana, Hanya sebuah keserhanaan yang diinginkan. Tak ingin terlalu berlebihan. Karena hanya dengan adanya aku dan kamu segalanya sudah tercukupkan.




Wednesday, May 15, 2013

The Call




*It started out as a feeling
Which then grew into a hope
Which then turned into a quiet thought
Which then turned into a quiet word
And then that word grew louder and louder
'Til it was a battle cry
I'll come back when you call me
No need to say goodbye

Monday, April 22, 2013

Perpisahan

Apakah yang namanya perpisahan itu harus dibarengi dengan duka?
Tidak sudikah bahagia untuk sekedar membagi waktu bersama saling menemani sebuah perpisahan dengan tanpa adanya duka bersama mereka. Cukup hanya sebuah kebahagiaan dan sebuah perpisahan yang sederhana, tidak lebih.
Ataukah memang setiap hal yang berlawan akan selalu bermusuhan sampai esok kapan kelak?
Tak akan pernah ada solusi diantara keduanya karena memang nyatanya sudah ditakdirkan untuk berlawanan.
Apakah dengah angkuhnya kebahagiaan melupakan masa dimana dia pernah singgah dan bermain-main dulunya lalu acuh dengan perpisahan?

Karena sungguh dengan meninggalkanmu, ada luka baru yang jelas akan membekas.
Menjadi bagian yang tak terhilangkan.
Penanda bahwa dulu ada duka yang pernah singgah didalamnya.

Untuk kali ini, tidak ada terselip ucapan selamat tinggal. Karena berharap hari esok, semesta akan mempertemukan kita lagi dengan caranya sendiri sama seperti pertama kali kita bertemu.

Saturday, April 20, 2013

Masihkah Mau Menunggguku?


image source: dharbin

Apalagi hal yang paling tidak disukai selain menunggu. Tapi celakanya justru itulah yang kita temui setiap saat dan dimanapun kita berada. Berapa banyak waktu hidup kita terbuang dengan yang namanya menunggu. Suka tidak suka menunggu menjadi bagian tak terelakkan dari hidup kita tapi toh nyatanya hal tersebut belum benar-benar bisa menyakinkan alam bawah sadar kita untuk bisa benar-benar menerimanya. Berbeda dengan segala kebiasaan yang lainnya, yang ketika itu terjadi berulang-ulang dan dilakukan secara masif maka secara tidak sadar alam bawah sadar kita akan menerima itu dengan hati yang lapang dan membuatnya seolah-olah tidak ada masalah dengannya. Tapi lagi-lagi itu tidak terjadi dengan yang namanya menunggu. Dia seolah-olah menjadi sesuatu yang pantas dimasukkan kedalam hal-hal haram yang menjauhkan diri kita dari surga.

Dilematis ketika menunggu menjadi pisau bermata dua. Disatu sisi kita membencinya habis-habisan tapi nyatanya kita sendiri juga suka bermain-main dengannya. Berapa banya kita mengumpat akan orang-orang yang berhasil membuang waktu kita secara percuma tapi dilain waktu kita juga berhasil melakukannya pada orang lain. 

Ada banyak ketidakpastian dalam hidup ini, terkecuali menunggu. Karena toh menunggu adalah sebuah keniscayaan yang sudah kita alami sedari sebelum dibentuk didunia sampai nantinya akan di alam akhirat kelak. Bagaimana kontrasnya kita dengan suka citanya menunggu untuk dilahirkan tapi disatu sisi dengan muram durjananya kita membenci untuk masuk dalam antrian menunggu ajal kita masing-masing. Ketika mengumpat sebanyak apapun tidak mampu mengubah apa-apa dari proses menunggu maka mungkin bersabar dan bertoleransi kepadanya menjadi hal terakhir yang harus dilakukan. Menunggu itu adalah sia-sia, ya mungkin itu menurutmu, tapi nyatanya tengoklah Tuhan mu yang tak pernah berhenti untuk menunggumu kembali kejalan yang benar dan selalu merindukanmu untuk kembali kepada Nya dalam keadaan yang bersih.

Jadi, masihkah mau menungguku?

Monday, April 1, 2013

I'm A Sinner, I Like It That Way

 "Counting others people's sins doesn't make you a saint" -unknown

Selama masih menjadi apa yang disebut dengan manusia, tentu tidak akan terlepas dari apa pun itu yang namanya dosa. Semakin bangga dengan mengatakan bahwa dirinya suci justru membuatnya terlihat menyedihkan. Bagaimana tidak, dengan bangganya dia menyebut dirinya lebih baik daripada orang lain. Menurut dirinya sendiri mungkin, tapi aspek orang lain justru ia singgirkan dan hanya digunakan sebagai pembanding kecil.

Saya hidup penuh dosa dan saya menyadarinya. Berapa banyak umpatan, sumpah serapah, ghibah yang tak terhitung lagi jumlahnya, dan air ludah yang saya telan sendiri dan lain sebagainya yang keluar dari mulut ini. Tak terhitung banyaknya pandangan ini melihat sesuatu yang bukan seharusnya untuk dilihat. Ada berapa kilogram bagian dari tubuh saya ini yang mungkin hasil dari perbuatan saya mengambil hak dari orang lain. Dan akan masi banyak banyak lainnya. Saya jelas paham dengan apa yang lakukan itu termasuk hal-hal yang sangat tak layak untuk menjadikan diri saya ini sebagai penghuni surga kelak yang seperti orang-orang idamkan namun terlihat jauh panggang dari api. Dan bahkan yang sedang saya tulis ini pun bisa jadi sedang dihitung oleh malaikat untuk menjadi dosa tambahan bagi diri saya sendiri. Tidak ada yang tahu persis definisi dosa. Yang diketahui hanyalah yang tertulis dan yang dirasa. Sedang rasa itu sungguh sesuatu yang kadarnya saja sukar untuk dihitung.

Saya bersalah dan saya meminta maaf. Perkara saya hanya sampai disitu. Karena bagi saya, ketika seseorang berbuat salah kepada saya jelas saya akan memaafkan nya terlepas nanti saya berniat akan balas dendam kepadanya itu urusan dosa saya yang lain. Ya, forgiven but not forgotten! Mind that...

Thursday, March 14, 2013

Bianglala

Aku terdiam berada di dalam kapsul. Kapsul yang berputar searah jarum jam. Pelan dan selalu konstan. Tak pernah terburu-buru untuk mengabiskan setiap putarannya. Bahkan setiap derajat pergerakannya bisa aku rasakan melalui kursi yang aku duduki. Kadang untuk sesekali memberanikan diri untuk melihat apa saja yang sedang terjadi di luar sana melalu kaca buram yang menempel pada tiap kapsul. Buram karena memang disengajakan untuk menjadi buram. Untuk kemudian kembali duduk merasakan tiap-tiap derajat yang dilalui.

Sebuah kenyamanan. Merasa aman karena hanya aku sendiri yang ada didalam kapsul. Tak ada yang menggangu. Paling hanya dingin dan panas sesekali yang masuk melalui celah-celah sambungan dinding kapsul yang mulai berkarat. Masih terdiam dan kali ini lebih hening, yang keheningan itu biasanya akan memuncak ketika si kapsul tepat berada di ujung terbawah dari putaran. Tak ada suara yang benar-benar terucap kali ini. Hanya perasaan yang mengikuti irama putaran dari kapsul.

Glek.. Putaran berhenti tepat pada posisi terbawah. Tak bergerak dan terus diam. Ketakutanku semakin menjadi. Entah apa yang membuatku kali ini memberanikan diri mendekati pintu kapsul yang untuk sebelumnya aku jauhi benar-benar. Sedikit demi sedikit pancaran sinar matahari membuat mata ini memejam. Tak kuat menahan silaunya. Satu langkah keluar dan kemudian langkah selanjutnya mengikuti.

Kapsul itu tetap diam. Bahkan ketika aku tepat berdiri diluarnya. Berpaling mata ini darinya yang kemudian disusul sebuah tangan yang secepat kilat merangkul lenganku untuk melenggang menjauh dari si kapsul. Tanpaku sadari, diri ini semakin menjauh. Menjauh dan jauh tanpa tahu akan kemana. Barulah sadar bahwa ketika itulah dirimu ketika pertama kali menarikku menjauh dari kapsul ku.

Asing. Siapa kamu yang tiba-tiba datang menarikku menjauh dari area permainanku sendiri. Yang mencoba mengambil setiap detik berhargaku dengan kapsulku. Mencoba menolak, tapi nyatanya diri ini selalu saja mengikuti arahan tarikanmu. Semakin hilang dan tak tahu akan kemana. Tak punya keberanian. Dan kembali tersadar bahwa nyatanya keberanian ku selama ini hanya sebatas ruang kapsul ku yang tidak bisa membantuku sama sekali.

Bahwa rasa sayang itu tidak terjadi secara tiba-tiba melainkan dibuat secara perlahan-lahan, maka kali ini aku akan mengamininya dengan sungguh-sungguh.

Wednesday, February 20, 2013

jatuh mencintaimu

 
"Jikalau disuruh memilih, Aku tidak akan memilih untuk jatuh cinta kepadamu, melainkan lebih memilih untuk mencintaimu."
Karena jatuh cinta merupakan proses yang terjadi secara spontan sedangkan dengan mencintaimu, aku berarti dengan penuh kesadaran telah memilihmu untuk menjadi kekasihku.
 --------------------------------------------
images by marchin sacha

Friday, February 8, 2013

Pilihan Terakhir Dari Sekian Banyak Pilihan

"Well, if you don't like it, you know what you the solution is, don't you?" yelled Hermione; her hair was coming down out of its elegant bun now, and her face was screwed up in anger.
"Oh yeah?" Ron yelled back. "What's that?"
"Next time there's a ball ask me before someone else does and not a last resort!"
Ron mouthed soundlessly like a goldfish out of water as Hermione turned on her heel and stormed up the girls' staircase to bed.

Menjadi yang terakhir. Menjadi bagian dari sebuah rencana besar, namun hanya sebatas rencana cadangan paling akhir ketika semua rencana gagal dilaksanakan. Siapa yang mau menjadi yang terakhir ketika semua orang berlomba-lomba untuk mejadi yang pertama.

Jikalau memang terbesit dipikiranmu untuk menjadikan orang lain sebagai pilihan terakhirmu atas ketidak mampuanmu menggapai standard yang kau buat sendiri. Maka jangan salahkan orang lain ketika nantinya tiada satupun yang kau dapat pada akhirnya. Belajarlah untuk menghargai orang sebelum dirimu sendiri minta dihargai orang lain.



Tuesday, February 5, 2013

Shasa

Diam dia dalam tidur dan sesekali menggerakkan kedua tangannya sembari mencoba membuka mata kecilnya. Tapi buru-buru niat itu ia urungkan karena organ tubuhnya belum mampu menerima sesuatu yang terang. Dia kembali tidur pulas seperti biasa. Namanya Shasa. Perempuan berumur 10 hari yang saya temui kemarin, berkulit putih halus, tinggi, dan berhidung mancung dengan jari-jari tangannya yang panjang. Namun sayang, ketika kelahirannya harus disembunyikan dari khalayak ramai. Jauh dari hingar bingar kebahagiaan pada umumnya. Sepi dan sendiri bersama orang yang bukan orang tuanya yang seharusnya setiap saat ada untuk mengasihinya. Atas nama jalan terbaik bagi kelangsungan hidup kedua orang tuanya dia harus diasingkan sementara waktu.

Ditawarinya saya untuk menimangnya. Ah, tidak kataku. Cukup memandanginya saja saya sudah senang bukan kepalang. Melihat dia tersenyum seakan tiada menghiraukan segala macam hal yang akan dia hadapi kedepannya. Mengacuhkan keberadaan tiap-tiap manusia yang mencoba menanyakan tentang asal usulnya. Miris rasanya. Hanya doa saja yang kemarin sempat saya selipkan kepadanya yang disusul dengan sebuah senyum simpul dari bibir kecilnya.

Menjadi ayah dari seorang gadis mungil polos berumur sepuluh hari. Yang bahkan warna kulitnya pun masih merah. Mimpi apa saya semalam?

Monday, January 21, 2013

Masa Depan Seperti Apa?

pelan tapi pasti, kenyataan itu pasti akan datang.
kenyataan akan segala hal yang terabai.
tak terindahkan namun secara perlahan terus menambah.

siapa yang tak perduli dengan masa depan sekarang?
ketika kenyataan itu muncul kembali.
menampar keras di wajah berkali-kali.
memuntahkan sejuta ekspektasi di setiap jaringan sel dalam otak.
mencoba memainkan irama-irama satir kehidupan alam bawah sadar.

tapi kemudian masa depan milik siapa untuk diperdulikan?
ketika tidak ada yang dimiliki sama sekali.
terbiasa hampa yang menjadikan kekosongan menjadi teman.
bebal akan kehidupan nyata dan terlalu lama bermain dalam imaji.

masa depan yang seperti apa yang harus diperdulikan?
hitam.. gelap.. sepi..
tak ada siapapun didepan.
sepertinya mati. ya masa depan itu mati. tak bernyawa.
bukan sebuah zat yang berbentuk. dia tak ada secuil pun wujud.

jadi harus memperdulikan siapa sekarang?

Saturday, January 5, 2013

Menyapa Hati

Mencoba membuka hati mungkin bagi sebagian orang mudah dalam pelafalannya, tapi nyatanya toh bagi saya sendiri untuk sekedar mengejanya dalam kehidupan nyata sangat payah.

Seakan hati ini sebuah kapal, dan dia masih saja tertambat pada suatu pelabuhan akan kenangan. Yang ketika perahu itu sudah penuh akan muatan untuk berlayar tapi tetap saja si perahu dengan muka sinisnya masi enggan menarik jangkar kapalnya untuk cepat2 mengembangkan layarnya.

Kalaupun sebuah peribahasa jawa berkata bahwa "sebuah cinta itu akan muncul karena terbiasa", haruskah seperti itu? menerima seseorang atas dasar kepasrahan akan masa depan yang dia sangsikan sendiri akan kepastiannya.

Bukankah kita masing-masing berhak memilih. memilih yang terbaik atau bukan yang terbaik. karena pada hakikatnya toh terbaik itu ngga pernah ada. kecuali kau ingin berhadapan dengan Tuhan tentunya Sang Maha Terbaik. Akan lebih tepat jika memilih dengan seseorang yang nyaman.

Kadang kala berenang dan bahkan terbang melayang ke awan imajinasi dan kenangan bisa membuat lupa akan segalanya. Lupa akan adanya realita yang harus dihadapi. Membiaskan yang namanya logika. Mempertebal sekat-sekat standarisasi dalam diri sendiri. Melupakan yang namanya ketidaksempurnaan dalam diri.

Walau berat tapi tetap saja harus hati ini harus dipaksa atau bila perlu ditampar berkali-kali supaya sadar. Bahwa tidak ada salahnya untuk kali ini berani untuk membuka hati. membiarkan hati ini diam sama saja dengan membunuh perasaan sendiri secara perlahan. Pelan tapi pasti dan lama-lama akan hampa yang dirasa.

"Hati, melunaklah" ucapku dengan penuh iba, yang saya sendiri lupa kapan terakhir kali saya meminta hati untuk melakukannya.