Monday, July 9, 2012

I'm waiting

  via: bigpicture
Am I in love? — Yes, since I’m waiting.” The other never waits. Sometimes I want to play the part of the one who doesn’t wait; I try to busy myself elsewhere, to arrive late; but I always lose at this game: whatever I do, I find myself there, with nothing to do, punctual, even ahead of time. The lover’s fatal identity is precisely this: “I am the one who waits.
Roland Barthes, A Lover’s Discourse

Saturday, July 7, 2012

Limitation



Menjadi sebuah hal yang wajar bagaimana saya sering bergelut dengan masa lalu saya sendiri. menyelami satu per satu fragmen-fragmen yang telah dibuat untuk dibentuk menjadi sebuah pola tak beraturan di alam pikiran. But mostly my past stuck into something that i don't never ever it to exist anymore. Berharap bahwasanya satu hal itu sudah dibawa pergi oleh rasa lupa. Namun nyatanya tidak juga, hal itu masih mengendap dan hampir membatu malah.

Suka sama kamu itu biasa dan bahkan sangat common sense didalam diri saya sendiri. Yang menjadi tidak biasa adalah bagaimana ketika rasa rindu yang ada itu muncul kedalam bentuk yang sangat tidak masuk diakal dan diwaktu yang sangat tidak diinginkan. Ya, sebuah rasa rindu yang tidak perlu dipanasi terlebih dahulu untuk menjadi menggebu-gebu. Membuncah tak karuan menyeletuk didalam aliran partikel darah yang menjalar keseluruh tubuh.

Memaksa membunuh rasa rindu itu bagai menenggelamkan sebuah belati pisau ke dalam mulut sendiri. pelan tapi pasti lama-lama toh mati juga. Sebuah kematian itu pasti adanya namun sakit sebelum kematian itu pilihan apakah akan diambil atau tidak. Nah, tapi nyatanya saya masih saja terus menyakiti diri saya sendiri sebelum malaikat pencabut nyawa datang mencabut nyawa saya. Pengulangan rindu yang terus menerus bukannya membuat saya menjadi kebal terhadap rasa sakit yang dibawanya tapi justru sebaliknya.