via: nebula walker
Pada suatu sore, keluh kesah yang diungkapkan bumi kepada saya seakan menandakan bahwa inilah saatnya. Saat bagi dia untuk mengatakan sesuatu yang menurutnya penting bagi sebagaian orang yang peduli terhadapnya. Entah apa yang terlintas dipikirannya ketika memilih saya masuk kedalam golongan orang2 tersebut. Dikumpulkanlah individu-individu itu ke suatu padang yang luas. Bumi mulai membisikkan sesuatu pada tiap2 orang yang diinginkannya secara perlahan. Perlahan dan lirih, sambil sesekali berdeham. Nafasnya sangat berat waktu itu, mungkin semalam dia tidak tidur hanya untuk membuat list orang-orang ini pikirku. Pesannya berbeda pada tiap orang, itu terlihat dari waktu dan ekspresi yang dia coba tunjukkan. Tiba saatku untuk mendekatinya, perlahan dia datang memberi isyarat untuk mendekatkan telingaku padanya. Aku maju satu langkah dan itu sudah cukup bagiku untuk memebri jarak antara telingaku dengan dirinya. Dia berkata, pergilah yang jauh. Tersentak aku mendengarnya, kubalas dengan lirih, kemana? aku bahkan tidak tahu lagi mau kemana. Bahkan didunia mu ini aku selalu kehilangan arah. Tak tahu arah, lalu kau sekarang tiba-tiba menyuruhku pergi. Kau tahu, ada banyak masalahku yang belum kuselesaikan disini. Lalu dia menjawab, sekarang saatnya karena tak ada lagi yang kau butuhkan disini. Tentang masalahmu biarlah itu menjadi tanggungan masa lalu. Kulihat kau sudah terlalu lelah disini dengan segala problematika dan imajinasimu yang kadang meluluh lantakkan dirimu sendiri. Kau rapuh disini dan aku tak tega melihatmu seperti itu. Terdiam aku untuk beberapa saat dengan jawabannya seakan membenarkan apa yang diucapkannya. Baiklah jika itu yang kau minta, tapi kemana? Timpalku. Dia mendekat kali ini sangat dekat bahkan deru nafasnya bisa kurasa. Ke Mars kau kan pergi. Ingat tujuanmu Mars!
Sontak Aku tak bisa berpikir jernih saat itu. Mars? Sebuah tempat yang bahkan untuk sampai kesana saja aku masih beribu tanya yang menaunginya. Tapi toh keputusan sudah bulat, saya harus kesana. Saya harus membawa sedikit semangat ini untuk dibawa bekal kesana. Menapaki sebuah lembar hidup baru disana. Entah apa yang terjadi nanti disana Tapi, untuk beberapa waktu ada suara memanggil, aku menoleh dan ada dirimu disana. Seseorang yang masih asing waktu itu. Memanggil sambil melambaikan tangan mencoba menarikku kesana. Kubalikkan badan dan dengan sedikit tergopoh-gopoh aku datang padanya dan bertanya ada apakah memanggil. Dia hanya tersenyum, manis. Dia menggenggam tangan ini. Tanpa sepatah kata pun dia menggenggam semakin erat. Dia berkata untuk membawanya pergi bersamaku
Otakku membeku, detak jantung ini untuk beberapa saat berhenti memompa pasokan darah ke seluruh organ tubuhku. Tersadar dan kukatakan tidak! Aku butuh alasan kenapa harus membawamu bukan hanya dengan senyummu itu. Dia kembali menguatkan genggamannya, kali ini lebih keras. Aku butuh alasan, jadi tolong berikan aku sebuah alasan saja untuk menyakinkanku untuk membawamu bersamaku, ucapku sedikit keras. Untuk kali ini dia mendoangakkan wajahnya ke udara lalu menatapku beberapa waktu, dia lepas genggamannya. Bibir itu kemudian berucap "kali ini, hanya kali ini saja tolong dengarkan perasaanmu dibanding dengan logika lelakimu. karena disitulah ada jawaban akan kedatanganku kepadamu"
No comments:
Post a Comment