Monday, June 16, 2014

Plot

Aku membuat plotku, sedang kamu juga sibuk dengan plotmu sendiri. Merangkainya sedemikian rupa, yang menjadikan turunannya berupa sub-sub plot tertentu. Plotku jelas sangat berbeda dengan apa yang kau miliki. Tak ada sebuah kemiripan sama sekali layaknya sebuah disclaimer yang sering terpampang pada cerita-cerita fiksi. Jalur plotku dan plotmu pun jauh berseberangan. Asik dengan sendirinya dan tak menghiraukan satu dengan yang lain, walau kadang aku dengan keingintahuanku, dengan samar-samar aku melihat jalur plotmu dari tempatku berada. Plotmu kadang berputar-putar tak tentu arah, sama seperti yang kadang aku lakukan. Atau suatu waktu plotmu banyak bersinggungan dengan plot orang lain yang aku kenal. Ya, aku bisa melihatnya hanya dengan berbekal rasa keingintahuanku.

Suatu waktu, entah mengapa secara tak sadar jarak yang biasanya memisahkan garis plotmu dan garis plotku menjadi semakin mendekat. Plot kita berjalan sangat cepat waktu itu tanpa kita sadari satu dengan yang lain. Lama-lama mendekat dan akhirnya bersinggungan. Plot kita bersingunggan untuk kali pertamanya. Tak ada yang istimewa pada mulanya, namu ketika ketersinggungan plot itu menjadi semakin sering. Lalu apa daya ketika muncul sebuah percikan kecil yang menarik untuk munculnya sebuah subplot bersama. Mencoba untuk mensejajarkan dua plot yang awalnya sungguh sangat berbeda nyatanya memang susah. Tak ada ikatan yang saling mengikat antar plot, termasuk juga milikku dan milikmu. Semua berjalan menuliskan jalan nya sendiri-sendiri seperti biasanya. Tak berpola dan sesukanya.

Mungkin akan agak memaksa ketika harus berupaya terus mensejajarkan dua buah plot untuk selalu berjalan beriringan. Tidak mungkin rasanya mengatur sedemikian rupa agar segala sesuatu terlihat wajar di mata. Bukankah akan menjadi sebuah ke otoriteran ketika selalu menginginkan semuanya bagus pada tempatnya sesuai dengan sudut pandang orang pertama. Toh pada kenyataannya, sebuah keseragaman lebih banyak menghasilkan perpecahan dibandingkan dengan keberagaman. Ego yang memuncak pada akhirnya harus mau berkompromi dengan keadaan.

Aku masih menunggu plotmu dengan plotku untuk saling bersinggungan, saling beriris, dan memunculkan subplot-subplot baru dalam perjalanan plot besar masing-masing dari kita. Walau entah kapan.


No comments: