Tuesday, June 19, 2012

Wife, Please...


Dulu atau mungkin sekarang pun masih suka berpikir bahwa Tuhan sungguh sangat lucu dalam mengurus lika-liku kehidupan umatnya. Mungkin untuk lebih spesifiknya dalam urusan saya sendiri bagaimana kadang saya dibuat senyum sendiri bagaimana God's plan bekerja pada diri saya. Sebuah road map yang sudah dibikin sempurna menurut diri saya sendiri tiba-tiba disinggungkan dengan God's plan untuk kemudian menjadi hancur berantakan. Mungkin memang benar sebuah wisdom tentang bagaimana manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya dalam merencanakan segala sesuatu dalam urusan hidupnya, tapi toh nyatanya semua ga akan berhasil kalau Tuhan tidak mengijinkan, karena semua yang ada selalu harus ada dalam kehendak Tuhan. Tuhan Maha Hebat melebihi apapun, apalagi kalau hanya mengurusi urusan umatnya yang bernama manusia sepertinya merupakan hal yang tidak apa-apanya bagi Tuhan.

Setiap orang pasti punya vision ke depan bagaimana kisah hidupnya kelak lalu setelah itu yang akan mulai dilakukan adalah merencanakan bagaimana step-step yang harus dilalui untuk menjadikan harapannya itu menjadi sebuah kenyataan. Ketika semua berjalan dengan rapi yang kemudian tersimpan dan diyakini secara absolut oleh alam bawah sadar, tiba-tiba muncul sesuatu hal yang dapat merubah ketenangan itu semua. Nah, disinilah jokes dari Tuhan muncul menurut saya. Bagaimana Tuhan datang dengan mediaNya membawa opsi-opsi yang sama sekali diluar ekspektasi kita setelah kita diberi keleluasaan untuk berpikir tentang segala hal yang berkaitan dengan road map dalam hidup kita. Pilihan yang tentu saja berbeda dengan road map yang telah dibuat. Bingung itu pasti, namun masalah selanjutnya adalah bagaimana reaksi dari alam bawah sadar diri sendiri yang sekiranya terusik dengan datangnya sebuah opsi yang menurut dia sungguh tidak atau belum waktunya untuk dapat dicerna dalam waktu saat itu juga. Butuh pengolahan lebih dalam lagi bagaimana efeknya dalam hidup. Memang kadang suatu opsi yang datangnya tiba-tiba sungguh terlihat sanggat menjanjikan pada permukaannya dan tentu bagaimana sistem respon dalam otak tidak mungkin tidak akan sangat tertarik melihat tawaran itu. Membanding-bandingkan dengan road map hidup yang sudah dibuat tentu wajar, tapi sekiranya sangat tidak adil ketika yang diperbandingkan masih dalam level permukaannya. Road map yang saya buat tentu sudah saya pikirkan bagaimana efeknya dalam hidup, kedalaman masalah yang ada pun jelas, tapi bagaimana dengan opsi yang baru saja datang? Tentu setiap tawaran akan sangat menarik ketika terucap dan itu berati masih dalam level permukaan saja belum menyentuh aspek bagaimana nanti dan cara ketika kita memilihnya. 

Beberapa hari yang lalu, dari sekedar chit-chat santai dengan seorang teman dari situlah muncul slentingan tajam pada diri sendiri bagaimana ternyata saya belum cukup mampu memfokuskan diri saya sendiri terhadap sebuah road map yang telah saya buat. Bagai seorang psk yang melacurkan diri dari satu lelaki ke lelaki lain demi sebuah iming-iming uang yang tak ubahnya diri saya yang selalu berubah keyakinan atas apa yang sebelumnya saya yakini hanya karena tawaran-tawaran yang datang pada diri saya. Inkonsisten pada apa yang sebelumnya diyakini dengan sungguh-sungguh. Rasanya memang butuh instropeksi dalam diri sendiri, sebenarnya apa sih yang diinginkan kedepannya. Bukan hanya sekedar gagah-gagahan akan sebuah prestige tinggi, namun lebih kepada sebuah kepuasan akan hal yang dijalani sesuai dengan apa yang diinginkan. Saya sedikit beri dia gambaran tentang apa saja yang telah saya buat dalam sistem kerja road map hidup saya,yang kemudian dia tanggapi dengan kalimat bahwa hidup itu hanya masalah doa dan return. Bagaimana seorang manusia yang memiliki banyak keinginan yang kemudian dia minta pada Tuhannya yang ketika keinginan tersebut dikabulkan yang terjadi justru manusia itu masih merasa kurang ini dan itu, sehingga dia kembalikan hasil doanya tadi pada Tuhannya berharap untuk mendapatkan ganti yang sesuai dengan apa yang diharapkannya dan akan begitu seterusnya siklus hidup manusia. Benar juga pikir saya, bagaimana tingkat kepuasan manusia itu endingless dan akan selalu terupgrade. Sebelum obrolan malam itu selesai, saya sampaikan kepada teman saya "Berikan aku istri, maka akau akan fokus pada hidupku nantinya"

No comments: