Menjadi sebuah hal yang wajar bagaimana saya sering bergelut dengan masa lalu saya sendiri. menyelami satu per satu fragmen-fragmen yang telah dibuat untuk dibentuk menjadi sebuah pola tak beraturan di alam pikiran. But mostly my past stuck into something that i don't never ever it to exist anymore. Berharap bahwasanya satu hal itu sudah dibawa pergi oleh rasa lupa. Namun nyatanya tidak juga, hal itu masih mengendap dan hampir membatu malah.
Suka sama kamu itu biasa dan bahkan sangat common sense didalam diri saya sendiri. Yang menjadi tidak biasa adalah bagaimana ketika rasa rindu yang ada itu muncul kedalam bentuk yang sangat tidak masuk diakal dan diwaktu yang sangat tidak diinginkan. Ya, sebuah rasa rindu yang tidak perlu dipanasi terlebih dahulu untuk menjadi menggebu-gebu. Membuncah tak karuan menyeletuk didalam aliran partikel darah yang menjalar keseluruh tubuh.
Memaksa membunuh rasa rindu itu bagai menenggelamkan sebuah belati pisau ke dalam mulut sendiri. pelan tapi pasti lama-lama toh mati juga. Sebuah kematian itu pasti adanya namun sakit sebelum kematian itu pilihan apakah akan diambil atau tidak. Nah, tapi nyatanya saya masih saja terus menyakiti diri saya sendiri sebelum malaikat pencabut nyawa datang mencabut nyawa saya. Pengulangan rindu yang terus menerus bukannya membuat saya menjadi kebal terhadap rasa sakit yang dibawanya tapi justru sebaliknya.
Jikalau memilikimu diukur akan dengan sesuatu maka akan sungguh menjadi sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Bagaimana layaknya seorang bodoh yang hanya mengandalkan keberuntungannya dalam menjalani skenario semesta yang tanpa dia ketahui bahwa Tuhan telah membuat sebuah rencana besar dengan akan memberinya sebuah rezeki yang berlimpah. Tapi sungguh memilikimu selama ini hanya ada dalam imajinasiku yang kadangkala singgah sebentar ke alam mimpi. Dan itupun kadang tak semua bentukmu mampu menjadi dirimu yang sesungguhnya, sekali dua kali dirimu berubah menajdi sesuatu yang sangat mengerikan. Mengerikan yang bahkan ketika diri ini terbangun mampu merubah mood selama seharian penuh menjadi sebuah kemurungan tak henti dalam waktu yang lebih cepat dari kedipan mata.
Menyanyangimu tanpa harus memilikimu, terdengar klise dalam banyak film-film picisan yang telah banyak dibuat. Apakah saya percaya akan hal itu? Untuk pertama kali tentu tidak, bagaimana mungkin seseorang yang benar-benar sayang kepada seseorang tidak memiliki sifat egois untuk memiliki kekasihnya yang benar-benar disayang untuk dijaganya dan dikasihnya. Kalaupun sayang bukankah seharusnya harus ada yang namanya perjuangan yang tanpa henti dan tak ada kata menyerah. Tapi kali ini saya mulai menyerah dengan excuse saya tersebut. There's always a limitation bagi seorang manusia dalam segala hal, kalaupun ada yang bilang tidak sudah barang tentu dan tidak diragukan lagi bahwa dia adalah seorang motivator penjual jasa lip service! Sungguh ada sebuah keterbatasan pada tiap-tiap diri manusia tak terkecuali diri saya sendiri. Bukannya menjadi sebuah alasan buat saya sendiri untuk tidak lagi menyayangimu seperti dulu, masih dan entah sampai kapan tapi rasanya menjadi semakin tidak memungkinkan utnuk melanjutkan itu semua. Ada batas ketika kecintaan seseorang itu harus dibayar mahal dengan kehilangan hal yang dicintainya. Melepaskanmu dengan penuh kesadaran bahwa akan ada hal yang terluka pada mental ini. Maybe this is the time to let you go, but before that things done give me a time just a little while to whispering you that i still take care of you dear. Then I'll really let you go..
nb: tepat diakhir kalimat dari tulisan ini sebuah lagu dari Jet - Looks what you've done terputar dari streaming radio di laptop saya and then I decided to put it on this blog.
Suka sama kamu itu biasa dan bahkan sangat common sense didalam diri saya sendiri. Yang menjadi tidak biasa adalah bagaimana ketika rasa rindu yang ada itu muncul kedalam bentuk yang sangat tidak masuk diakal dan diwaktu yang sangat tidak diinginkan. Ya, sebuah rasa rindu yang tidak perlu dipanasi terlebih dahulu untuk menjadi menggebu-gebu. Membuncah tak karuan menyeletuk didalam aliran partikel darah yang menjalar keseluruh tubuh.
Memaksa membunuh rasa rindu itu bagai menenggelamkan sebuah belati pisau ke dalam mulut sendiri. pelan tapi pasti lama-lama toh mati juga. Sebuah kematian itu pasti adanya namun sakit sebelum kematian itu pilihan apakah akan diambil atau tidak. Nah, tapi nyatanya saya masih saja terus menyakiti diri saya sendiri sebelum malaikat pencabut nyawa datang mencabut nyawa saya. Pengulangan rindu yang terus menerus bukannya membuat saya menjadi kebal terhadap rasa sakit yang dibawanya tapi justru sebaliknya.
Jikalau memilikimu diukur akan dengan sesuatu maka akan sungguh menjadi sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Bagaimana layaknya seorang bodoh yang hanya mengandalkan keberuntungannya dalam menjalani skenario semesta yang tanpa dia ketahui bahwa Tuhan telah membuat sebuah rencana besar dengan akan memberinya sebuah rezeki yang berlimpah. Tapi sungguh memilikimu selama ini hanya ada dalam imajinasiku yang kadangkala singgah sebentar ke alam mimpi. Dan itupun kadang tak semua bentukmu mampu menjadi dirimu yang sesungguhnya, sekali dua kali dirimu berubah menajdi sesuatu yang sangat mengerikan. Mengerikan yang bahkan ketika diri ini terbangun mampu merubah mood selama seharian penuh menjadi sebuah kemurungan tak henti dalam waktu yang lebih cepat dari kedipan mata.
Menyanyangimu tanpa harus memilikimu, terdengar klise dalam banyak film-film picisan yang telah banyak dibuat. Apakah saya percaya akan hal itu? Untuk pertama kali tentu tidak, bagaimana mungkin seseorang yang benar-benar sayang kepada seseorang tidak memiliki sifat egois untuk memiliki kekasihnya yang benar-benar disayang untuk dijaganya dan dikasihnya. Kalaupun sayang bukankah seharusnya harus ada yang namanya perjuangan yang tanpa henti dan tak ada kata menyerah. Tapi kali ini saya mulai menyerah dengan excuse saya tersebut. There's always a limitation bagi seorang manusia dalam segala hal, kalaupun ada yang bilang tidak sudah barang tentu dan tidak diragukan lagi bahwa dia adalah seorang motivator penjual jasa lip service! Sungguh ada sebuah keterbatasan pada tiap-tiap diri manusia tak terkecuali diri saya sendiri. Bukannya menjadi sebuah alasan buat saya sendiri untuk tidak lagi menyayangimu seperti dulu, masih dan entah sampai kapan tapi rasanya menjadi semakin tidak memungkinkan utnuk melanjutkan itu semua. Ada batas ketika kecintaan seseorang itu harus dibayar mahal dengan kehilangan hal yang dicintainya. Melepaskanmu dengan penuh kesadaran bahwa akan ada hal yang terluka pada mental ini. Maybe this is the time to let you go, but before that things done give me a time just a little while to whispering you that i still take care of you dear. Then I'll really let you go..
nb: tepat diakhir kalimat dari tulisan ini sebuah lagu dari Jet - Looks what you've done terputar dari streaming radio di laptop saya and then I decided to put it on this blog.
No comments:
Post a Comment